Newest Post
// Posted by :iswaramba
// On :Sunday, June 26, 2016
Bandung 2 Juli 2014
18 derajat masih menemani. Disaat
sepi dan dingin ini mau tidak mau kamu terus bercokol di benakku , Cermin.
Mengingatkanku akan memori yang telah terukir beberapa minggu yang lalu, saat-
saat aku bisa merasakan debaran jantungmu yang entah mengapa senada dengan
jantungku. Itu baru beberapa minggu yang lalu, namun telah terasa beberapa
bulan. Kala ini waktu tengah mengendarai siput. Dan sedang tidak tergesa-gesa
seperti dulu.
Sudah lama aku tidak menulis, dan
membaca paragraph di atas membuatku tertawa kecil, ternyata waktu juga telah
membawa intuisi tulisku mengembara entah kemana, jadi maafkan aku jika kamu
tidak dapat menangkap jelas apa yang tengah aku tulis.
Pertama-tama aku ingin berterima
kasih kepada kertas dan tinta serta pada bintang-bintang. Jika tanpa mereka,
mungkin kita masih terbelenggu dalam rantai masa lalu yang menghambat dinamisme
perasaan. Dan tentunya terima kasih atas keberanianmu, Cermin.
Kini banyak pasangan-pasangan
baru bermunculan ya? Mereka-mereka yang menjalin kasih tanpa terduga-duga
tiba-tiba telah bersama serta terpublikasi secara terang-terangan. Lantas
bagaimana dengan kita?
Berbagai pertanyaan
berputar-putar di dalam kepalaku. Serta telah sebisa mungkin untuk ku usir agar
tidak menggerogoti logika yang telah sudah payah aku bangun.
Dari siapa kita bersembunyi?
Untuk apa?
Sampai kapan?
Kemarin malam kamu meminta sebuah
kesetiaan karena (kembali) terbayang-bayang akan masa lalu. Tidak bisakah kita
hanya melihat kedepan tanpa ada rantai pada masa lalu? Tidak bisakah kita hanya
menjadi manusia baru yang tidak terbebani corak hitam?
Lantas bagaimana jika aku meminta
sebuah publikasi , Cermin?
Dan saat ini aku mulai lelah
mengarang-ngarang cerita tentangmu dan tentang kita.
Post a Comment