Newest Post
// Posted by :iswaramba
// On :Wednesday, May 29, 2013
“Pertemuan
pasti diakhiri dengan perpisahan”dengan tegar ia berujar, air mata yang sejak
tadi di tampungnya, meluap bagai air bah yang tak dapat terbendung.
Aku menutup wajah ini, tak ingin menatap wajah wanita itu,
Miss Uci guru bahasa Indonesiaku. Saat-saat ini selalu menjadi hal yang
menyakitkan untukku. Yang aku tahu, masih ada banyak waktu untuk kami. Waktu
untukku belajar memberanikan diri dan percaya akan kekuatan sebuah “jiwa”
ternyata tidak dipandu oleh Miss Uci. Kini ia akan pergi, pergi tanpa
mengatakan apapun pada kami sebelumnya. Marah, mungkin sedikit tersirat pada
diriku. Mengapa ia pergi meninggalkan kami dengan sejuta tanda tanya dihati.
Seketika aku teringat akan hari-hari, kejadian-kejadian
yang telah terlewati beberapa waktu yang lalu. Masih segar di fikiranku saat ia
datang kekelas dengan senyumnya yang cerah. Memberikan pada kami
pengajaran-pengajaran yang tak pernah aku duga sebelumnya.
“Ayah Juara 1, seluruh dunia”
Ia selalu berbangga dengan ayahnya. Kebanggaan itu yang
selalu ingin membuatku bertemu dengan ayahnya. Kini ia pergi, harapanku pupus
sudah. Dan ia, dengan pengetahuannya mengajari kami pengetahuan-pengetahuan
umum yang membuat kami terkesiap sementara waktu.
“Jangan berhenti menulis”
Rangkaian kata-kata itu bagai oase di tengah kegalauan
yang menjemukan. Aku, telah dihidupkan kembali. Mendengar ada satu orang saja
yang menyuruhku untuk tidak berhenti menulis, aku hidup kembali. Saat itu,
setiap malamnya, kata-kata Miss Uci terngiang tanpa henti, menjadi api semangat
baru yang menyala biru, api paling panas.
Berjuta kata, masukan, isi hati, selalu ingin kuungkapkan
padanya. Namun hanya satu kata yang terucap, takut. Aku benci menjadi diriku,
benci akan keadaan ini. Menuggui hari dengan kesakitan yang menjalar tanpa
henti, dan ketika kesakitan itu aku tahui maksudnya, Miss Ucipun pergi.
“Miss Uci pergi untuk menjadi guru para TKI di Malaysia.
Keinginannya sungguh mulia”ucap kepala sekolah di depan sana.
“Sandra kamu jangan takut lagi, tidak boleh takut. Kamu
pasti bisa, janji sama miss kamu ga akan takut lagi”
Tak ada yang bisa kuucapkan padanya. Pelukannya hari itu
masih bisa kurasai hingga hari ini. terkadang aku benci bisa mengingat banyak
hal dan membuatku sakit ketika yang kutahu bahwa itu hanya kenangan perpisahan.
Tak ada kata yang bisa kukatakan untuk wanita tangguh yang bahkan bisa menyulap
huruf menjadi belati bagi para musuhnya bahkan bunga untuk orang yang
dikasihinya. Tak ada yang bisa aku berikan sebagai kenang-kenangan bagi wanita
yang telah memiliki segalanya.
Untuk Oase di Kekeringan Malam
Semoga suatu hari engkau dapat membaca untaian kata yang
mungkin menjemukan ini. Selamat berjuang, Miss Uci, Ni Nyoman Ayu Suciartini
Post a Comment